PK

Sumber:IST
Sebenernya topik ini sangat ramai diperbincangkan di tahun-tahun kemarin, dan masih banyaknya sneakerhead/sneaker enthusiast yang berbeda pendapat sama apa yang namanya PK a.k.a Perfect Kicks atau banyak yang orang bilang sepatu KAWE. Apa benar PK itu KAWE? FAKE??

Disini Saya tidak bermaksud meng-diskreditkan suatu perusahaan atau suatu brand, Saya hanya ingin berbagi perspektif dari sisi industri aktualnya; kebetulan Saya sendiri bekerja di bidang industry yang dipastikan sama dengan industry sepatu. So, mari kita lihat apakah banyak diantara teman-teman yang sependapat dengan pandangan dibelakang layar ini.


Kita semua tau kalo Adidas Yeezy itu masih on-demand di market manapun walaupun dengan harga yang tinggi, padahal menurut Saya modelnya begitu-begitu aja, warnanya pun menurut Saya biasa aja; bahkan lebih kaya tokek (asli deh, Nye, ngapa bikin warna gitu?), Saya sendiri ogah kalopun ada kesempatan beli dengan harga retail, kecuali Yeezy 700, hehe.

Dulu, Harga retail Adidas Yeezy “Turtledove” itu $200 dan reseller menjualnya di harga $2,000s, bahkan ada yang jual $2,900s, bisa dilihat mark up yang diambil reseller berapa persen? Gokil memang.
Tapi tetep aja ada “orang gila” yang mau beli dengan harga segitu, Saya bisa bayangin yang beli seharga reseller dipastikan top to toe berpakaian warna loreng gambar hiu lapar, well.. maybe that’s how to flex nowadays.

Dari situ kita bisa berasumsi kalo demand pasar Yeezy itu masih tinggi, lepas dari memang rare CW atau hype mungkin, meskipun begitu, harga tinggi pun selalu ada pembelinya.

So, balik ke PK itu sendiri. Menurut Saya ga salah-salah amat ada PK di dunia perindustrian sepatu ini, toh demand nya emang tinggi dan siapa sih yang ga butuh duit lebih?? Kalo di kasus si Yeezy ini Saya percaya kalo Yeezy itu di produksi di beberapa pabrik sepatu, entah di China, Vietnam atau manapun (bisa dilihat di labelnya, Saya ga punya Yeezy soalnya, hehe). Dari pabrik-pabrik tersebut pasti ada “pabrik nakal” yang bermain PK disini.


Saya jelaskan dulu system perindustrian pakaian or sepatu. Jadi, ga semua pabrik itu bisa menerima order dari tiap brand dan selalu memenuhi kebutuhan suatu brand, ketika mereka ga bisa memenuhi kebutuhan itu para pabrik punya pabrik lain yang menerima order CMT= Cutting, Making and Trimming. Jadi begini simplenya, kita sebut saja Pabrik utama itu tier1 dan si pabrik CMT itu Tier2.

Let say Adidas placing order ke Tier1, ketika si Tier1 ga bisa memenuhi pesanan karena jutaan pasang sepatu dan memikirkan line-production yang penuh jadi Tier1 memberikan beberapa order ke Tier2; dalam hal ini Tier1 bertanggung jawab atas semuanya yang dikerjakan oleh Tier2; karena suatu brand jarang sekali approve Tier2 a.k.a CMT untuk memenuhi order,entah dari kualitas atau memang SOP pekerjaan suatu brand yang seperti itu.


Disini, si Tier2 menerima material dari Tier1, spesifikasi semua pun dari Tier1, bahkan Quality Control pun dari Tier1. Pada intinya semua hal yang terjadi itu under control si Tier1. Kontrak kerja Tier1 dan Tier2 pun tidak sepenuhnya detail, detail dalam artian tidak boleh menjual barang mentah ataupun jadi; itu jarang disebutkan di kontrak kerja or surat perjanjian.


Dari situ kita bisa bilang siapa yang bermain sebagai PK disini, singkat cerita; ketika produksi selesai, dan sisa material masih ada di Tier2. Mereka tau pasar seperti apa dan terus memproduksi Yeezy di pabrik mereka TANPA sepengetahuan Tier1. Disini sudah jelas ya seperti apa kedepannya.

So, PK itu FAKE dengan kasta tertinggi, mungkin hampir jadi 1:1 dengan yang asli. Jahat memang, tapi begitulah kenyataannya dibalik industry dan politiknya.





Komentar

Postingan Populer

Total Tayangan Halaman

Buku Tamu